Sunday, 20 July 2014

Kisah kerajaan Semut ( Oleh Yoga T. )





Oleh Yoga T.
 

Ada sebuah kerajaan semut yang dipimpin oleh Ratu Semut. Rakyat kerajaan ini hidup damai karena Ratu Semut sangat bijaksana. Selain itu, rakyat semut juga sangat kompak dan selalu bergotong royong. Termasuk dalam hal makanan.
Apabila salah satu semut menemukan makanan, ia akan segera melapor pada Ratu. Ratu Semut lalu memerintahkan semut prajurit untuk mengumpulkan semut pekerja. Selanjutnya, berduyun-duyunlah para semut pekerja mengambil makanan itu. Kemudian makanan itu dibagi rata.
Hingga suatu hari, terjadilah bencana yang mengusik ketenteraman mereka. Bumi yang dipijak mendadak bergetar hebat. Istana semut nyaris ambruk.
“Hei, ada apa ini?” Ratu bertanya-tanya. Para prajurit semut segera berlari keluar untuk memeriksa. Tak lama kemudian mereka datang dengan wajah pucat.
“Gawat, Ratu. Di luar ada segerombolan hewan besar melintas. Mereka seolah tak peduli. Mereka menginjak apa saja!” lapor prajurit semut.
“Kalau begitu, seluruh rakyat harus keluar sebelum istana ini terinjak!” perintah Ratu.
Rakyat semut berhamburan keluar menyelamatkan diri. Dari kejauhan mereka menyaksikan istana mereka hancur diinjak serombongan gajah.
“Hei, kalau berjalan, lihat-lihat, dong!” teriak semut prajurit marah. Namun tentu saja gajah-gajah itu tidak mendengarnya.
“Sudahlah, tidak ada gunanya melawan mereka. Lebih baik kita segera membangun kembali istana yang baru!” kata Ratu Semut tetap tenang.
Ratu memandang ke sekeliling. “Kita bangun istana baru di dekat pohon besar itu!” tunjuknya. Tanpa diperintah lagi para semut berjalan ke tempat itu.
Pekerjaan pun dimulai. Di bawah komando semut prajurit, para semut pekerja bekerja bergotong royong. Ada yang menggotong ranting, dedaunan, ada juga yang menggali tanah. Di tengah kesibukan itu ada seekor semut muda yang kelihatan malas. Semut muda itu bernama Kiko. Meskipun tubuhnya paling besar dibanding yang lain, ia tidak pernah memikul apapun.
“Hei, kamu, jangan malas seperti itu!” perintah semut prajurit.
“Enak saja menyuruhku! Kau sendiri tidak bekerja!” gerutu si Kiko.
“Itu memang sudah tugasnya mengawasi kita sebagai semut pekerja!” teman Kiko mengingatkan.
“Ayo cepat bekerja sebelum kau dilaporkan pada Ratu! Apa mau kau mendapat hukuman?” lanjutnya.
Dengan malas-malasan Kiko berusaha mengangkat sebuah batu kecil.
“Lebih baik kita angkat sama-sama!” kata teman Kiko.
“Tidak usah, aku bisa mengangkatnya sendiri, kok!” sergah Kiko sombong.
“Aku tahu kau memang paling kuat. Tapi menurutku lebih baik kita bergotong royong, supaya lebih ringan,” teman Kiko memberi saran.
“Ah, tidak perlu. Pergi kamu!” usir Kiko galak.
Dengan susah payah Kiko berusaha mengangkat batu itu sendirian. Namun bukannya terangkat, Kiko beserta batu itu malah menggelinding menuju sungai.
Plung! Batu itu jatuh ke arus sungai yang sangat deras.
Beruntung Kiko tidak ikut jatuh. Ia tersangkut pada sehelai rumput. Tubuhnya berayun-ayun. Kiko sangat ketakutan.
“Tolooong! Tolooong aku!” saking takutnya Kiko ingin menangis.
 Sementara itu semut-semut lain mencari Kiko dengan khawatir. Termasuk juga Ratu. Untunglah ada teman Kiko yang menemukan Kiko.

“Kiko, bertahanlah!” teriaknya, lalu memberitahu kepada semut yang lain.
“Tangkap tali ini, Kiko!” seutas tali dilemparkan dari atas.
Kiko memegangnya erat-erat. Perlahan-lahan Kiko ditarik, dan akhirnya berhasil diselamatkan. Semuanya mengerumuni Kiko sambil bersyukur. Kiko terharu menyaksikan semua itu. Ternyata mereka amat menyayanginya. Sambil tertunduk malu Kiko berucap,
“Maafkan aku teman-teman. Aku telah bersikap sombong. Karena kesombonganku aku hampir saja mati!”
“Syukurlah kau telah menyadarinya. Sekarang, ayo kita selesaikan pekerjaan yang tertunda. Langit nampak mendung!” kata Ratu sambil tersenyum.
Kini Kiko bekerja giat bersama teman-temannya. Jika bergotong royong, segalanya jadi lebih mudah. Sebelum hujan turun, istana semut yang baru itu telah selesai. (bbo/*/iin)

No comments:

Post a Comment