Friday 12 June 2015

Fungsi Vitamin bagi Tubuh




Sebelum berpolemik tentang perlu tidaknya suplemen bagi anak, sebaiknya orangtua tahu lebih dulu apa sebenarnya fungsi vitamin bagi tubuh. Vitamin, bersama-sama dengan mineral, merupakan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil tetapi asupannya harus teratur dan dalam jumlah yang pas, agar tubuh dapat tumbuh dan berfungsi secara normal. Berbagai proses biologis tubuh memerlukan vitamin agar dapat bekerja dengan baik, seperti pertumbuhan, proses pencernaan, kesigapan mental dan ketahanan tubuh terhadap infeksi. Dalam proses-proses tersebut vitamin berfungsi sebagai katalis untuk metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Sebagian besar jenis vitamin memang tidak diproduksi sendiri oleh tubuh, kecuali vitamin K yang dibuat oleh bakteri ’baik’ yang ada dalam usus. Jadi, memang harus ’diambil’ dari luar. Sumber terbaik untuk vitamin (dan mineral) adalah makanan. Itulah mengapa pola makan manusia, baik anak-anak maupun dewasa, harus beragam dan seimbang - sesuai dengan piramida makanan. Tak lain, agar tubuh memperoleh asupan vitamin secara lengkap.
Kekurangan vitamin membuat tubuh tidak dapat ’bekerja’ sebagaimana mestinya. Terutama bagi anak-anak, kekurangan vitamin menyebabkan pertumbuhan mereka terganggu. Tetapi, kelebihan asupan vitamin pun bukannya tak beresiko bagi kesehatan. Kelebihan vitamin yang larut air, seperti vitamin C, biotin, thiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), asam pantotenat (B5), pyridoxine (B6), asam folat (B9) dan cobalamin (B12) , memang akan dibuang melalui urin. Tetapi ini juga berarti membuat ginjal bekerja lebih keras. Sementara kelebihan vitamin yang larut lemak (vitamin A, D, E, K) akan disimpan dalam jaringan lemak tubuh dan hati. Akumulasi lebihan vitamin ini dapat menjadi racun bagi tubuh.
Lalu, kapan saat yang tepat untuk memberikan suplemen vitamin?
Ketika anak memang membutuhkannya. Bila selera makan anak cukup luas dan menu hariannya lengkap, pemberian suplemen vitamin sebenarnya tak perlu. Anak baru dikatakan memerlukan suplemen vitamin bila; Anak tidak memperoleh asupan vitamin yang cukup. Misalnya, anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi atau anak picky eater (sempit selera makannya).
Anak sedang sakit. Ketika anak sakit, tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Padahal anak yang sakit cenderung kurang suka makan, akibatnya asupan gizinya (termasuk vitamin) berkurang. Pada kondisi seperti itu, tubuh anak perlu ’dibantu’ dengan memberikan suplemen vitamin. Anak yang sedang dalam pengobatan TBC misalnya, perlu diberi suplemen vitamin untuk membantu proses penyembuhan.
Anak yang baru sembuh dari sakit, dapat diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak makin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan ketika anak sudah benar-benar sehat dan selera makannya kembali normal.
Anak picky eater, susah/tidak mau makan, kurus atau berat badan sulit naiknya, sebenarnya juga tak bisa dijadikan ’pembenaran’ untuk memberikan suplemen vitamin secara rutin. Karena suplemen bukan the real solution bagi masalah-masalah tersebut. Langkah utama yang harus ditempuh orangtua adalah berupaya agar selera makan anak menjadi luas, mencari penyebab anak menjadi susah/tidak mau makan, atau mencari tahu mengapa berat badan anak sulit naik. Untuk sementara, kekurangan vitamin dalam tubuh anak memang dapat dipenuhi melalui suplemen, sambil orangtua berupaya menyelesaikan masalah sebenarnya.
Sama seperti orang dewasa, bayi dan anak-anak juga punya preferensi terhadap jenis-jenis makanan. Kalau anak hanya sesekali menjadi picky (siapa tahu dia sedang ingin makanan yang menyegarkan, misalnya...?), sedangkan secara umum selera dan pola makannya baik, rasanya terlalu berlebihan jika orangtua khawatir anaknya akan kekurangan vitamin. Menganggap suplemen dapat meningkatkan nafsu makan anak juga tidak rasional.
Suplemen vitamin bukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, karena memang tidak ada vitamin yang membuat anak jadi doyan makan. Banyak faktor yang menyebabkan anak menjadi susah/tidak mau makan. Mungkin anak bosan dengan menu hariannya, mau tumbuh gigi, sedang ada masalah psikologis, atau sedang sakit. Anak yang mengalami gangguan jantung atau terkena silent ISK (infeksi saluran kemih), juga dapat mengalami gangguan selera makan atau sulit naik berat badan. Bila kondisi kesehatan anak baik, otomatis selera makannya pun akan baik.
Pertumbuhan anak, umumnya dilihat dari penambahan berat dan tinggi badan anak. Maka tak heran, kalau orangtua jadi khawatir bila berat badan anaknya tidak/sulit naik. Tapi, anak langsing pun belum tentu mengalami kurang gizi, lho. Selain melihat grafik pertumbuhannya, orangtua juga harus melihat perkembangan anak. Walaupun kenaikan berat badan anak tidak signifikan (atau malah tetap), tetapi tinggi badannya naik dengan signifikan, kemampuan motorik kasar dan halusnya baik, juga perkembangan otaknya meningkat pesat, maka sesungguhnya orangtua belum perlu untuk khawatir. Bisa jadi anak cenderung langsing dan tinggi karena faktor keturunan. Selain itu, orangtua juga perlu memperhatikan gerak tubuh anak sehari-hari. Anak yang sangat aktif, tentu saja menghabiskan lebih banyak energi. Wajar lah kalau berat badannya jadi sulit naik, atau kalaupun naik sedikit sekali. (net/mel)

No comments:

Post a Comment