Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan
gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu,
dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan
perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai;dan berbagai gangguan
aktivitas motorik yang bizzare . Penderita skizofrenia menarik diri dari orang
lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh
delusi dan halusinasi. Beberapa studi menemukan bahwa ketidaknormalan dalam
struktur dan fungsi otak yang terkait schizophrenia bisa jadi mulai terbentuk sejak usia dini
pertumbuhan seorang anak.
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia
adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan
afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi
(persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar
transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang
menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American
Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia
menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia
16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap
kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari
keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian
diri. Risiko schizophrenia dan gangguan terkait lainnya mengalami peningkatan
sekitar 67% pada anak-anak dari wanita yang kehilangan sanak familinya selama
semester pertama kehamilannya. Penelitian ini telah dilaporkan dalam jurnal
ilmiah Archives of General Psychiatry. Temuan ini mengonfirmasi teori bahwa
keadaan kejiwaan seorang ibu memiliki pengaruh sangat besar pada anaknya yang
masih dalam kandungan.
Penelitian terdahulu mengindikasikan sebuah hubungan antara
umur ayah dengan schizophrenia pada anaknya. Pada tahun 2001, peneliti di New
York membuktikan bahwa seorang ayah yag berumur diatas 50 tahun berisiko 3 kali
lipat mempunyai anak schizophrenia. Selain itu kondisi sosial ekomoni dan
penyakit psikiatrik lain di keluarga dapat mempengaruhi risiko mengidap
schizophrenia.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial
sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin
sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang
mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Skizofrenia pada Anak
Meskipun skizofrenia muncul kadang berawal dari masa
anak-anak, gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja atau awal masa dewasa,
agak lebih awal pada kaum laki-laki daripada kaum perempuan. Usia timbulnya
gangguan tampaknya semakin muda dalam beberapa dekade terakhir .
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia
atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini
sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom
Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress
Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada
anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau
psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang
merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid
atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan
kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah
pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang
memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya
hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi
pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang
samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti
berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk
munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik.
Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor
psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis
obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga
dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. (dio/mel)
Minyak Ikan Terbukti Kurangi Risiko
Orang-orang yang rajin mengonsumsi suplemen omega-3 memiliki
risiko lebih rendah terkena skizofrenia. Para ilmuwan menemukan bahwa remaja
dan orang di awal 20-an yang rutin mengonsumsi minyak ikan memiliki risiko
lebih rendah menderita gangguan kejiwaan.
Obat antipsikotik (obat untuk gangguan kejiwaan yang berat)
cenderung memiliki efek samping yang serius, termasuk penambahan berat badan
dan disfungsi seksual.
Sebaliknya, minyak ikan tidak memiliki efek samping yang
serius, seperti yang ditemukan pada obat antipsikotik. Selain mengurangi risiko
gangguan kejiwaan, minyak ikan juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung
dan kanker.
Skizofrenia biasanya dimulai sejak masa remaja atau awal
masa dewasa. Kebanyakan dari mereka yang terkena skizofrenia secara bertahap
mengembangkan berbagai tanda dan gejala klinis yang signifikan.
Sebagai komponen kunci dari jaringan otak, omega-3 PUFA
memainkan peran penting dalam perkembangan dan fungsi otak, dan kurangnya asam
lemak ini dapat memicu beberapa masalah mental, termasuk skizofrenia.
Menurut penjelasan Dr Paul, skizofrenia adalah suatu kondisi
yang ditandai dengan delusi, halusinasi dan masalah kognitif yang biasanya
dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa. Skizofrenia bahkan tidak hanya
mempengaruhi kesehatan mental. Pasien skizofrenia bisa meninggal satu dekade
lebih awal karena masalah jantung dan metabolik. (mdk/mel)
No comments:
Post a Comment