Friday 25 September 2015

Skizofrenia, Kenali sejak Usia Anak




Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku- pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai;dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizzare . Penderita skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Beberapa studi menemukan bahwa ketidaknormalan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait schizophrenia  bisa jadi mulai terbentuk sejak usia dini pertumbuhan seorang anak.
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada zalir serebrospinal.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Risiko schizophrenia dan gangguan terkait lainnya mengalami peningkatan sekitar 67% pada anak-anak dari wanita yang kehilangan sanak familinya selama semester pertama kehamilannya. Penelitian ini telah dilaporkan dalam jurnal ilmiah Archives of General Psychiatry. Temuan ini mengonfirmasi teori bahwa keadaan kejiwaan seorang ibu memiliki pengaruh sangat besar pada anaknya yang masih dalam kandungan.
Penelitian terdahulu mengindikasikan sebuah hubungan antara umur ayah dengan schizophrenia pada anaknya. Pada tahun 2001, peneliti di New York membuktikan bahwa seorang ayah yag berumur diatas 50 tahun berisiko 3 kali lipat mempunyai anak schizophrenia. Selain itu kondisi sosial ekomoni dan penyakit psikiatrik lain di keluarga dapat mempengaruhi risiko mengidap schizophrenia.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Skizofrenia pada Anak

Meskipun skizofrenia muncul kadang berawal dari masa anak-anak, gangguan ini biasanya muncul pada masa remaja atau awal masa dewasa, agak lebih awal pada kaum laki-laki daripada kaum perempuan. Usia timbulnya gangguan tampaknya semakin muda dalam beberapa dekade terakhir .
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis. (dio/mel)


Minyak Ikan Terbukti Kurangi Risiko
Orang-orang yang rajin mengonsumsi suplemen omega-3 memiliki risiko lebih rendah terkena skizofrenia. Para ilmuwan menemukan bahwa remaja dan orang di awal 20-an yang rutin mengonsumsi minyak ikan memiliki risiko lebih rendah menderita gangguan kejiwaan.
Obat antipsikotik (obat untuk gangguan kejiwaan yang berat) cenderung memiliki efek samping yang serius, termasuk penambahan berat badan dan disfungsi seksual.
Sebaliknya, minyak ikan tidak memiliki efek samping yang serius, seperti yang ditemukan pada obat antipsikotik. Selain mengurangi risiko gangguan kejiwaan, minyak ikan juga dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker.
Skizofrenia biasanya dimulai sejak masa remaja atau awal masa dewasa. Kebanyakan dari mereka yang terkena skizofrenia secara bertahap mengembangkan berbagai tanda dan gejala klinis yang signifikan.
Sebagai komponen kunci dari jaringan otak, omega-3 PUFA memainkan peran penting dalam perkembangan dan fungsi otak, dan kurangnya asam lemak ini dapat memicu beberapa masalah mental, termasuk skizofrenia.
Menurut penjelasan Dr Paul, skizofrenia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan delusi, halusinasi dan masalah kognitif yang biasanya dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa. Skizofrenia bahkan tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental. Pasien skizofrenia bisa meninggal satu dekade lebih awal karena masalah jantung dan metabolik. (mdk/mel)
 

No comments:

Post a Comment