KAKI merupakan fondasi tubuh.
Bentuk kaki yang tidak ”semestinya” akan berpengaruh terhadap struktur kaki dan tungkai. Misalnya,
bentuk kaki O atau X. Gangguan itu sering dianggap sepele dan diabaikan.
Yang dimaksud dengan kaki adalah bagian
setelah pergelangan kaki. Kemudian, tumit hingga lutut merupakan tungkai bawah,
berlanjut ke paha disebut tungkai atas.
”Bila di bagian bawahnya ada gangguan, itu
dapat berpengaruh terhadap struktur kaki karena titik berat tubuh jatuh pada
tempat yang kurang tepat,” ujar dr Meidy H. Triangto SpKFR saat ditemui di
klinik Kid’s Foot Rehabilitation Center RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Jakarta.
Jenis kelainannya beberapa macam. Di
antaranya, telapak kaki datar (flat feet) dan lengkung kaki terlalu tinggi
(high arch). Kelainan di bawah mengakibatkan lutut berotasi ke luar atau ke
dalam. Akhirnya, timbul kelainan gaya jalan.
Ada yang toe in (kaki mengarah ke dalam)
atau toe out (mengarah ke luar). Selanjutnya, ada kelainan bentuk tungkai genu
valgum (menyerupai huruf X) dan genu varum (menyerupai huruf O).
”Sebenarnya, itu merupakan variasi sudut
lutut yang normal pada fase pertumbuhan,” ujar Meidy. Bentuk kaki anak hingga
usia dua tahun akan membentuk sudut ke dalam (O).
Kemudian, bentuknya berubah ke luar menjadi
seperti X hingga usia empat tahun. Selanjutnya, sudut turun hingga berangsur 0
(nol) yang merupakan kondisi normal pada usia sebelum enam tahun.
”Patokannya, pada usia setelah empat tahun,
jarak kedua mata kaki maksimal 4 sentimeter (pada anak dengan berat badan
normal). Sudut lutut maksimal 8 derajat,” papar dokter spesialis yang spesifik
menangani bentuk kaki dan tungkai anak tersebut.
Untuk menjaga agar sudut lutut tidak
membesar dan berangsur normal, bisa dibantu dengan pemakaian sepatu yang tepat.
”Pemakaian sepatu seharusnya dilakukan sejak anak mulai merangkak, kemudian belajar
berjalan,” katanya. Sepatu yang tepat adalah sepatu bertutup, bukan sepatu
sandal.
Begitu pula telapak kaki datar. Pada bayi,
kondisi tersebut merupakan hal normal karena dilapisi bantalan lemak dan belum
aktif digunakan. Setelah anak belajar berjalan, secara bertahap pola lengkung
kaki akan terlihat. Umumnya, anak bisa berjalan pada usia 18 bulan. Dalam waktu
enam bulan diharapkan sudah terbentuk arch-nya.
”Pada usia dua tahun kalau masih flat feet
harus diatasi agar tidak berpengaruh ke atas (tungkai). Meski ada pula anak
yang memang memiliki telapak kaki datar, namun bentuk tungkainya normal,”
urainya.
Jika telapaknya datar, namun bentuk tungkai
normal (tidak O maupun X), itu cukup ditopang dengan pemakaian sepatu yang
memiliki arch.
Kepada pasien anak dengan kelainan bentuk
kaki dan tungkai, dokter akan memeriksa sudut kaki dan arah rotasi lutut. Juga
foot print dan foot scan untuk mengetahui arah kaki anak saat berjalan serta
titik berat tubuh.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan
sudutnya tidak normal sesuai usianya, dilakukan tindakan koreksi. Di antaranya,
dibuatkan insole khusus untuk menopang dan membantu sudutnya menjadi lebih
kecil.
Kelainan kaki O atau X bisa dikoreksi
dengan pemakaian insole khusus, sepatu dengan penahan besi untuk menarik tulang
ke posisi yang benar, atau mermaid splint (alat bebat tungkai yang dipakaikan
ketika anak tidur).
Untuk kaki datar, terapi yang diberikan
sejak bayi adalah memakaikan sepatu khusus dan ankle foot orthose saat mulai
belajar berjalan. Dengan pemakaian rutin disertai fisioterapi, proses koreksi
dapat berlangsung lebih cepat dengan hasil optimal. (nor/c6/jan/jpnn/app)
No comments:
Post a Comment