BENARKAH seorang suami
akan kehilangan rasa ketertarikan kepada istrinya pasca-kehamilan? Tidak
semuanya benar, meski ada betulnya.
Sebuah studi menemukan bahwa setiap satu dari tiga
wanita merasa suami mereka tidak tertarik kepada sang istri lagi
pasca-melahirkan sang buah hati. Sementara hampir setengah dari wanita yang
disurvei menuduh suami mereka melupakan sang istri setelah menjadi seorang ibu.
Psikologi Seema Hingoranny, mengatakan bahwa perubahan
perilaku pasangan itu dikarenakan kesulitan mereka menangani bayi yang menangis
dan istri yang sensitif. Akibatnya, suami menjadi menjaga jarak untuk sementara
waktu.
"Pria merasa istri mereka menjadi sulit didekati
dan terlalu sensitif, bahkan untuk hal-hal yang bersifat sepele. Mereka lebih
memilih menjaga jarak untuk sementara waktu, dan biasanya perempuan
menyalahartikan tindakan mereka ini," kata Hingoranny, seperti dilansir
laman Times of India.
Wanita mengalami banyak perubahan hormonal
pasca-melahirkan dan menjadi murung. Mereka biasanya memiliki kepercayaan diri
yang rendah pasca-kehamilan.
Namun, seiring berjalannya waktu maka semuanya akan
kembali normal. "Berpakaian dengan baik dan habiskan waktu berkualitas
dengan istri anda. Dia akan merasakan usaha anda dan pasti akan
membalasnya," kata Hingoranny lebih lanjut.
Tip yang bisa dilakukan untuk menyenangkan istri
pasca-melahirkan;
-
Membuatkan sarapan untuk istri. Meski sederhana, tapi
hal itu akan membuat dia tersenyum.
-
Berbagi pekerjaan setelah kembali dari kantor. Suami
bisa ikut membersihkan rumah atau menjaga bayi.
-
Memberi pijatan ringan atau bermain musik untuk sang
istri. Hal ini akan membuat dia lebih santai dan dapat membantu meringankan
suasana hatinya.
-
Membawa atau membelikan buku mengenai perawatan bayi.
Hal ini akan menambah pengetahuan istri tentang bayi yang baru lahir. ((fny/jpnn/app)
Perhatikan
Risiko Psikis
PROSES kehamilan dan melahirkan adalah momen
terindah bagi seorang wanita. Menjadi ibu adalah dambaan setiap wanita. Karena
terlalu gembira, kadang calon ibu dan ayah hanya memikirkan pada nutrisi ibu,
agar bayi bisa lahir sehat dan sempurna. Padahal, perawatan pasca melahirkan
bagi sang ibu tidak kalah pentingnya.
"Banyak
risiko pasca melahirkan yang luput dari perhatian publik. Padahal, penting bagi
seorang ibu untuk menjalani periode pascamelahirkan dengan lebih nyaman dan
terhindar dari risiko jangka panjang yang bisa berbahaya, tidak hanya bagi ibu
tapi juga buah hati," urai dokter specialis kebidanan dan kandungan RS
Bunda Jakarta dr Ivan Sini, MD. FRANZCOG, GDRM, SpOG dalam sebuah seminar di
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sejumlah risiko
pascamelahirkan pun dipaparkan. Mulai dari faktor estetika, seperti timbulnya
gangguan pada kulit dan timbulnya scar (jaringan parut) pada luka pasca operasi
caesar.
Kemudian masalah
kendurnya otot panggul (pelvic prolapse) hingga yang parah adalah keluarnya
sebagian rahim dari mulut vagina (vaginal prolapse). Dari sisi psikologis juga,
kata Ivan, adanya post natal blues hingga yang terberat masuk ke dalam fase
depresi akibat tekanan pasca melahirkan.
Pada masa
kehamilan, terjadi perubahan hormonal yang cukup drastis dalam diri seorang
wanita. Sehingga, bagi sebagian wanita hamil timbul sejumlah penyakit kulit.
"Tapi tidak banyak wanita hamil yang mengetahui bahwa gangguan pada kulit
itu akibat perubahan hormonal dalam tubuh. Sehingga ada di antara mereka yang
tidak melakukan perawatan terhadap perubahan di kulitnya, tapi ada sebagian
yang melakukan perawatan tanpa pendampingan dari dokter, sehingga memperparah
kondisi kulit," beber dr Amaranila Lalita Drijono, Sp.KK, spesialis
dermatologis.
Menurutnya, ada
sejumlah penyakit kulit yang bisa timbul saat kehamilan. Yaitu, herpes
gestationes dengan rasa gatel dan perih seperti cacar air pada bagian tubuh,
kaligata dengan gatal yang timbul pada kulit dan membentuk benjolan-benjolan,
khlasma gravidarium yaitu bercak hitam pada kulit leher dan ketiak,
polymorphous eruption dengan rasa gatal yang luar biasa selama hampir 24 jam,
acne (jerawat), dan strechchmark (selulit), bahkan hingga varises pada skala
yang lebih berat.
"Untuk
khlasma gravidarium umumnya akan hilang dengan sendirinya pasca melahirkan
dalam jangka waktu 6 bulan. Kecuali berkelanjutan disebut melasma. Sedangkan
yang lain sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter kandungan dan dokter
kulit," kata dokter pemilik klinik kesehatan perempuan pertama di
Indonesia itu.
Tidak hanya
gangguan kulit, tapi yang lebih parah dari itu adalah bahwa wanita yang sudah
melahirkan pasti mengalami kendurnya otot panggul dan kemungkinan mengalami
post natal blues hingga depresi pasca melahirkan. "Jadi sakit fisik dan
psikis dalam jangka panjang bisa saja menimpa seorang ibu. Hal itu jangan lagi
dianggap enteng," tegas Ivan.
Menurutnya, saat
hamil, perempuan akan mengalami sejumlah perubahan. Mulai perubahan struktur
tubuh, kontur kulit, hormonal, psikologis, hingga risiko kesehatan yang
menyertainya.
"Itu
sebabnya, pada usia kehamilan dari 5 hingga 9 bulan adalah saat di mana otot
panggul mengendur. Pada saat masuk bulan ke-7 umumnya ibu hamil akan merasakan
nyeri pada bagian bawah tubuh. Itu karena adanya perubahan tekanan yang semakin
besar ke otot panggul," jelas Wakil Direktur Utama PT Bundamedik itu.
Saat itulah,
otot panggul mulai mengendur. Baik lahir normal maupun caesar memiliki risiko
pelvic prolapse yang sama. Jalan keluarnya adalah, sambung Ivan, dengan
melakukan senam kegel untuk mengencangkan otot-otot panggul pasca melahirkan.
"Untuk ibu yang melahirkan dengan caesar sebaiknya bisa melakukan kegel
usai luka operasinya pulih. Pemulihan sekitar 6-9 bulan," jelas pimpinan
Indonesia Reproductive Science Institute (IRSI).
Sejumlah
penelitian, kata dia, menyebutkan, bahwa 25 persen wanita memiliki risiko
kerusakan jaringan dasar panggul selama kehamilan. "Risiko akan meningkat
seiring dengan pertambahan usia," tambahnya.
Di Australia, 1
dari 8 wanita berusia 50 tahun yang pernah melahirkan mengalami prolapse (turun
panggul). Di Indonesia, karena awareness tentang pentingnya memeriksakan
panggul pasca melahirkan masih kurang, maka diakuinya belum ada data pasti
berapa banyak ibu yang mengalami prolapse.
"Tapi dari
sejumlah kasus operasi yang saya tangani, 30 persen pasien wanita mengalami
prolapse. Dari ringan sampai parah," ungkapnya panjang lebar.
Apalagi jika
sudah mengalami vaginal prolapse, dia menganjurkan, sebaiknya wanita melakukan
operasi pengangkatan rahim. Situasi pasca melahirkan yang tidak kalah menyedihkan
adalah terjadinya post natal blues.
Yaitu sebuah
perasaan yang tidak bisa dikendalikan pada ibu pasca melahirkan. "Bisa
sedih berkepanjangan, bisa juga ada rasa marah atau ketidaksukaan terhadap anak
yang dia lahirkan. Ini murni pengaruh hormonal, bukan karena faktor kejiwaan
(gila)," papar dokter ahli bedah robotik pertama di Indonesia itu.
Tapi dia kembali
katakan, bahwa kasus-kasus post natal blues itu tidak terdeteksi karena belum
ada penelitian yang komprehensif tentang kasus-kasus di Indonesia. "Ada
sejumlah kasus ibu membunuh bayinya, saya melihat itulah salah satu contoh
kasus post natal blues. Tapi media dan polisi menyebut sang ibu mengalami
masalah kejiwaan. Saya tidak bisa menyalahkan juga, karena masih kurangnya
pemahaman awam terhadap persoalan psikologis yang satu ini. Sulit
dijelaskan," babarnya.
Sebab
menurutnya, tidak ada gejala khusus yang bisa ditangkap pasti sebagai gejala
post natal blues. Tapi dia menyarankan, jika pada saat kehamilan seorang wanita
mengalami lonjakan emosi yang berubah-ubah drastis dan seringkali menangis atau
marah tanpa sebab, bisa jadi itu adalah gejala awalnya.
"Tapi untuk
lebih memastikan, sebaiknya memang dikonsultasikan kepada dokter kandungan yang
berkompeten dan juga psikolog yang tepat. Supaya ada tempat untuk berkonsultasi
yang pas," ungkapnya.
Suport keluarga
dan suami sebagai orang terdekat bisa menjauhkan wanita hamil dari situasi
psikologis semacam itu. (sic/jpnn/app)
No comments:
Post a Comment