Bermain bikin anak kotor, dekil, bau, dan pastilah banyak
kuman dan bakteri yang bisa menempel dan membuat anak sakit. Anggapan itu yang
kerap membuat orangtua melarang anak bermain.
Anggapan yang salah, kata Rini. Justru anak yang terlalu dilindungi, sampai tak boleh bermain lah yang lebih mudah terserang penyakit. Kok?
Anggapan yang salah, kata Rini. Justru anak yang terlalu dilindungi, sampai tak boleh bermain lah yang lebih mudah terserang penyakit. Kok?
"Ya, sebab tubuh anak tidak terbiasa melakukan kontak
dengan hal baru yang berada di sekitarnya. Sekali kontak dengan hal baru,
misalnya dengan tanah becek, anak bisa saja lkena diare atau masuk angin,
dsb," ujar Rini.
Rini mengemukakan, pada saat anak sedang asyik bermain,
apakah itu bermain di dalam atau di luar rumah, gerakan anakyang berlari,
naik-turun tangga, merangkak, memanjat membuat motorik kasarnya aktif. Gerakan
motorik kasar ini secara tidak langsung membuat sirkulasi darah anak lancar.
Alhasil, daya tahan tubuh anak menjadi lebih baik dan lebih sehat. Rini
mencontohkan, jika anak terbiasa main di luar rumah, misalnya bermain tanah,
atau pasir, pada saat bermain dengan benda benda tersebut, tubuh anak terpapar
oleh kuman yang terdapat dalam pasir atau tanah. Paparan kuman pada tubuh anak
itu secara alamiah merangsang tubuh membentuk sistem anti body.
Alhasil, jika suatu saat anak kontak lagi dengan benda-benda
itu, sistem imun yang sudah terbentuk secara alami tersebut, dapat aktif
membentuk pertahanan diri dan melawan kuman yang menempel.
Istirahat dan Gizi Cukup
Saat anak bermain, rasanya nggak ada waktu yang cukup
untuknya. Kapan saja maunya digunakan untuk bermain beramin dan bermain. Tak
apa kata Rini, yang penting orangtua harus memperhatikan waktu istirahatnya dan
gizi yang cukup. Waktu istirahat dan gizi ini mutlak, agar energi yang
digunakan anak untuk bermain mencukupi. Gizi yang cukup diperlukan untuk
menunjang aktifitas bermainnya. Aneka zat gizi yang masuk ini untuk
mengembalikan energi yang keluar saat anak bermain.
Istirahat yang cukup dibutuhkan agar peredaran darah dan
kerja organ-organ kembali dalam keadaan normal. Sayangnya, banyak orangtua
belum bisa membedakan antara istirahat dengan tidur siang. Akibatnya banyak
orangtua yang menjadikan tidur siang sebagai sebuah kewajiban bukan kebutuhan.
Maka, jika anak dipaksa untuk tidur siang, padahal mungkin sepanjang hari ia
tidak banyak melakukan aktifitas yang mengeluarkan energi, hal ini tentu
bertolak belakang dengan kebutuhan anak yang memerlukan banyak aktifitas guna
mempercepat perkembangan organ-organnya.
Rini mengatakan, sesungguhnya tidur siang bukan suatu
keharusan bagi seorang anak. Yang dibutuhkan anak adalah istirahat yang cukup.
Waktu istirahat yang cukup bagi setiap anak berbeda tergantung usia dan kondisi
tubuhnya. Istirahat tidak harus dalam bentuk tidur siang. Jika sepanjang hari
anak hanya melakukan permainan yang tidak membutuhkan energi besar, maka tidur
siang tidak diperlukan. Tapi jika dari pagi hingga menjelang sore, anak banyak
melakukan aktifitas, istirahat di sore hari selama 1-2 jam bisa menjadi
keharusan. Hal ini dimaksudkan agar pada malam harinya anak tetap bisa
melakukan aktifitas normal, dan tetap mendapat kualitas tidur malam hari yang
memadai.
Permainan yang Menyehatkan
Bermain di dalam rumah maupun di luar rumah sama-sama
bermanfaat dan menyehatkan. Tapi, Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang
anak untuk bermain di dalam maupun di luar rumah belum ada porsi
perbandingannya.
"Yang jelas, lama waktu bermain anak tidak perlu
terlalu dibatasi" lanjutnya. "Sebab secara alamiah anak akan berhenti
bermain jika dirinya sudah merasa lelah". Biasanya jika anak lebih banyak
menghabiskan waktu bermain di luar rumah, dengan sendirinya anak lebih cepat
lelah. Aktifitas bermain di luar rumah kan lebih banyak memanfaatkan kemampuan
motorik kasar, otomatis energi anak akan lebih cepat terkuras.
Lebih lanjut Sekretaris Jendral III Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) menjelaskan, agar anak bisa berkembang dengan maksimal, maka
jenis permainan di dalam dan luar rumah harus disesuaikan. Dan yang paling
penting adalah anak menikmati permainan tersebut.
Di Dalam Rumah
Untuk bermain di dalam rumah, karena lahannya terbatas, anak
sebaiknya dirangsang untuk melakukan permainan yang sifatnya mengandalkan
motorik halus, merangsang nalar, meningkatkan konsentrasi. Permainan tersebut
misalnya bermain kartu, puzzle, bermain halma, menyusun benda, atau bermain
masak-masakan.
Permainan yang menggunakan alat, seperti puzzle, menyusun
balok, menggambar, mewarnai selain melatih motorik halus, juga bisa merangsang
perkembangan logika berpikir anak. Manfaatnya, anak bisa mengetahui apa yang
harus diperbuat ketika menghadapi situasi yang bisa mengganggu kesehatannya.
Contoh, dengan kemampuan motorik halusnya, anak jadi tahu
bagaimana memperlakukan benda berbahaya seperti jarum, pisau dan sebagainya.
Anak-anak juga tahu apa yang harus dilakukan ketika makanan sudah basi.
Di Luar Rumah
Sedangkan untuk bermain di luar rumah, karena ruang
bermainnya lebih luas, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bisa melakukan
permainan yang sifatnya meningkatkan kemampuan motorik kasarnya. Selain agar
anggota tubuhnya kontak dengan benda-benda di luar rumah, latihan motorik kasar
juga berguna untuk membentuk koordinasi gerak anggota tubuh anak.
Koordinasi gerak anggota tubuh yang baik sangat mendukung
keseimbangan tubuh.. Dengan begitu, anak terlihat tidak janggal saat berlari,
berjalan, atau melakukan gerakan motorik kasar lainnya. Dengan keseimbangan
tubuh yang baik, anak tidak mudah jatuh.
Rini mengatakan, sebaiknya anak bisa diajak bermain di luar
ketika jalannya sudah mantap yaitu ketika anak berumur 1,5 tahun. Permainan
merangsang motorik kasar, misalnya bermain kejar-kejaran, bermain sepeda,
berenang. Aneka permainan tersebut menuntut energi yang besar. Besarnya energi
yang dikeluarkan membuat organ seperti jantung, paru-paru bekerja lebih keras.
Dengan demikian organ-orang tersebut terlatih dan semakin kuat dari waktu-ke
waktu.
Permainan yang sifatnya ekplorasi, seperti: menanam pohon,
memberi makan hewan atau ternak. Melalui permaian semacam itu, anak tidak hanya
mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman tentang tanah, kotoran, lumpur, dan
lain sebagainya. Kontak antara tubuh anak dengan hewan, tumbuhan dan tanah akan
membuat sistem imun dalam tubuh anak terbentuk, dan terlatih secara alamiah.
Setelah bermain di luar rumah, anak-anak juga perlu
dibiasakan membersihkan diri. Hal ini agar mereka memahami pentingnya
kebersihan dengan kesehatan.
Alat Pendukung Bermain
Untuk bermain, anak-anak perlu dukungan alat. Sebelum
memilih peralatan bermain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua:
Alat-alat yang digunakan untuk bermain seharusnya tidak
berbahaya. Artinya alat-alat tersebut terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak.
Bentuknya pun tidak berbahaya, serta tidak mengadung zat beracun.
Mainan buat anak bukan semata-mata pilihan orang tua. Anak
juga harus diberi kesempatan untuk memilih mainannya sendiri. Namun demikian
orang tua tetap pengarahkan agar mainan yang dipilih berguna bagi perkembangan
anak.
Sesuaikan mainan yang akan diberikan dengan usia anak.
Misalnya untuk anak di bawah 2 tahun, sebaiknya pilih mainan berukuran besar
dengan tekstur lembut dan dibuat dari bahan yang aman. Hal ini untuk
mengantisipasi agar mainan tidak tertelan, karena di usia ini anak cenderung
memasukkan semua benda ke mulut.
Berikan pada anak alat permainan yang sederhana, jangan
terlalu mahal dan rumit, untuk mengatispasi kecederungan anak merusak
mainannya. (trp/mel)
No comments:
Post a Comment