Sunday, 25 January 2015

Jarang Main Mudah Sakit




Bermain bikin anak kotor, dekil, bau, dan pastilah banyak kuman dan bakteri yang bisa menempel dan membuat anak sakit. Anggapan itu yang kerap membuat orangtua melarang anak bermain.

Anggapan yang salah, kata Rini. Justru anak yang terlalu dilindungi, sampai tak boleh bermain lah yang lebih mudah terserang penyakit. Kok?
"Ya, sebab tubuh anak tidak terbiasa melakukan kontak dengan hal baru yang berada di sekitarnya. Sekali kontak dengan hal baru, misalnya dengan tanah becek, anak bisa saja lkena diare atau masuk angin, dsb," ujar Rini.
Rini mengemukakan, pada saat anak sedang asyik bermain, apakah itu bermain di dalam atau di luar rumah, gerakan anakyang berlari, naik-turun tangga, merangkak, memanjat membuat motorik kasarnya aktif. Gerakan motorik kasar ini secara tidak langsung membuat sirkulasi darah anak lancar. Alhasil, daya tahan tubuh anak menjadi lebih baik dan lebih sehat. Rini mencontohkan, jika anak terbiasa main di luar rumah, misalnya bermain tanah, atau pasir, pada saat bermain dengan benda benda tersebut, tubuh anak terpapar oleh kuman yang terdapat dalam pasir atau tanah. Paparan kuman pada tubuh anak itu secara alamiah merangsang tubuh membentuk sistem anti body.
Alhasil, jika suatu saat anak kontak lagi dengan benda-benda itu, sistem imun yang sudah terbentuk secara alami tersebut, dapat aktif membentuk pertahanan diri dan melawan kuman yang menempel.

Istirahat dan Gizi Cukup
Saat anak bermain, rasanya nggak ada waktu yang cukup untuknya. Kapan saja maunya digunakan untuk bermain beramin dan bermain. Tak apa kata Rini, yang penting orangtua harus memperhatikan waktu istirahatnya dan gizi yang cukup. Waktu istirahat dan gizi ini mutlak, agar energi yang digunakan anak untuk bermain mencukupi. Gizi yang cukup diperlukan untuk menunjang aktifitas bermainnya. Aneka zat gizi yang masuk ini untuk mengembalikan energi yang keluar saat anak bermain.
Istirahat yang cukup dibutuhkan agar peredaran darah dan kerja organ-organ kembali dalam keadaan normal. Sayangnya, banyak orangtua belum bisa membedakan antara istirahat dengan tidur siang. Akibatnya banyak orangtua yang menjadikan tidur siang sebagai sebuah kewajiban bukan kebutuhan. Maka, jika anak dipaksa untuk tidur siang, padahal mungkin sepanjang hari ia tidak banyak melakukan aktifitas yang mengeluarkan energi, hal ini tentu bertolak belakang dengan kebutuhan anak yang memerlukan banyak aktifitas guna mempercepat perkembangan organ-organnya.
Rini mengatakan, sesungguhnya tidur siang bukan suatu keharusan bagi seorang anak. Yang dibutuhkan anak adalah istirahat yang cukup. Waktu istirahat yang cukup bagi setiap anak berbeda tergantung usia dan kondisi tubuhnya. Istirahat tidak harus dalam bentuk tidur siang. Jika sepanjang hari anak hanya melakukan permainan yang tidak membutuhkan energi besar, maka tidur siang tidak diperlukan. Tapi jika dari pagi hingga menjelang sore, anak banyak melakukan aktifitas, istirahat di sore hari selama 1-2 jam bisa menjadi keharusan. Hal ini dimaksudkan agar pada malam harinya anak tetap bisa melakukan aktifitas normal, dan tetap mendapat kualitas tidur malam hari yang memadai.
Permainan yang Menyehatkan
Bermain di dalam rumah maupun di luar rumah sama-sama bermanfaat dan menyehatkan. Tapi, Berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang anak untuk bermain di dalam maupun di luar rumah belum ada porsi perbandingannya.
"Yang jelas, lama waktu bermain anak tidak perlu terlalu dibatasi" lanjutnya. "Sebab secara alamiah anak akan berhenti bermain jika dirinya sudah merasa lelah". Biasanya jika anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain di luar rumah, dengan sendirinya anak lebih cepat lelah. Aktifitas bermain di luar rumah kan lebih banyak memanfaatkan kemampuan motorik kasar, otomatis energi anak akan lebih cepat terkuras.
Lebih lanjut Sekretaris Jendral III Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan, agar anak bisa berkembang dengan maksimal, maka jenis permainan di dalam dan luar rumah harus disesuaikan. Dan yang paling penting adalah anak menikmati permainan tersebut.
Di Dalam Rumah
Untuk bermain di dalam rumah, karena lahannya terbatas, anak sebaiknya dirangsang untuk melakukan permainan yang sifatnya mengandalkan motorik halus, merangsang nalar, meningkatkan konsentrasi. Permainan tersebut misalnya bermain kartu, puzzle, bermain halma, menyusun benda, atau bermain masak-masakan.
Permainan yang menggunakan alat, seperti puzzle, menyusun balok, menggambar, mewarnai selain melatih motorik halus, juga bisa merangsang perkembangan logika berpikir anak. Manfaatnya, anak bisa mengetahui apa yang harus diperbuat ketika menghadapi situasi yang bisa mengganggu kesehatannya.
Contoh, dengan kemampuan motorik halusnya, anak jadi tahu bagaimana memperlakukan benda berbahaya seperti jarum, pisau dan sebagainya. Anak-anak juga tahu apa yang harus dilakukan ketika makanan sudah basi.
Di Luar Rumah
Sedangkan untuk bermain di luar rumah, karena ruang bermainnya lebih luas, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bisa melakukan permainan yang sifatnya meningkatkan kemampuan motorik kasarnya. Selain agar anggota tubuhnya kontak dengan benda-benda di luar rumah, latihan motorik kasar juga berguna untuk membentuk koordinasi gerak anggota tubuh anak.
Koordinasi gerak anggota tubuh yang baik sangat mendukung keseimbangan tubuh.. Dengan begitu, anak terlihat tidak janggal saat berlari, berjalan, atau melakukan gerakan motorik kasar lainnya. Dengan keseimbangan tubuh yang baik, anak tidak mudah jatuh.
Rini mengatakan, sebaiknya anak bisa diajak bermain di luar ketika jalannya sudah mantap yaitu ketika anak berumur 1,5 tahun. Permainan merangsang motorik kasar, misalnya bermain kejar-kejaran, bermain sepeda, berenang. Aneka permainan tersebut menuntut energi yang besar. Besarnya energi yang dikeluarkan membuat organ seperti jantung, paru-paru bekerja lebih keras. Dengan demikian organ-orang tersebut terlatih dan semakin kuat dari waktu-ke waktu.
Permainan yang sifatnya ekplorasi, seperti: menanam pohon, memberi makan hewan atau ternak. Melalui permaian semacam itu, anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman tentang tanah, kotoran, lumpur, dan lain sebagainya. Kontak antara tubuh anak dengan hewan, tumbuhan dan tanah akan membuat sistem imun dalam tubuh anak terbentuk, dan terlatih secara alamiah.
Setelah bermain di luar rumah, anak-anak juga perlu dibiasakan membersihkan diri. Hal ini agar mereka memahami pentingnya kebersihan dengan kesehatan.
Alat Pendukung Bermain
Untuk bermain, anak-anak perlu dukungan alat. Sebelum memilih peralatan bermain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua:
Alat-alat yang digunakan untuk bermain seharusnya tidak berbahaya. Artinya alat-alat tersebut terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak. Bentuknya pun tidak berbahaya, serta tidak mengadung zat beracun.
Mainan buat anak bukan semata-mata pilihan orang tua. Anak juga harus diberi kesempatan untuk memilih mainannya sendiri. Namun demikian orang tua tetap pengarahkan agar mainan yang dipilih berguna bagi perkembangan anak.
Sesuaikan mainan yang akan diberikan dengan usia anak. Misalnya untuk anak di bawah 2 tahun, sebaiknya pilih mainan berukuran besar dengan tekstur lembut dan dibuat dari bahan yang aman. Hal ini untuk mengantisipasi agar mainan tidak tertelan, karena di usia ini anak cenderung memasukkan semua benda ke mulut.
Berikan pada anak alat permainan yang sederhana, jangan terlalu mahal dan rumit, untuk mengatispasi kecederungan anak merusak mainannya. (trp/mel)

No comments:

Post a Comment