Tuesday, 6 January 2015

Vaginismus Paling Berbahaya Bagi Wanita




JUTAAN wanita menderita kondisi medis yang menyakitkan. Penyakit ini mencakup alat kelamin sehingga penderita malu untuk mengungkapnya.
Dr. Geetha Venkat mengatakan banyak wanita menderita vaginismus, suatu kondisi penyakit kelamin umum tetapi jarang dibahas. Gangguan ini menyebabkan otot-otot vagina tanpa sengaja mengencang dan sering dijuluki sebagai serangan panik vagina.
Vaginismus mempengaruhi kemampuan wanita untuk terlibat dalam segala bentuk penetrasi vagina, termasuk hubungan seksual, penyisipan tampon dan pemeriksaan ginekologi.
Diperkirakan bahwa jutaan wanita di seluruh dunia menderita vaginismus. Namun menurut Dr. Venkat mengatakan bahwa wanita seharusnya perlu malu untuk membicarakan hal tersebut kepada ginekolog pribadi mereka.
"Vaginismus merupakan masalah pribadi dan bagi banyak perempuan hal itu berdampak pada kepercayaan diri. Tapi statistik menunjukkan bahwa vaginismus bukanlah penyakit langka dan sangat bisa diobati dengan perawatan yang tepat," kata Dr. Venkat seperti dilansir laman Daily Mail, Senin (22/12).
"Mencari pengobatan sangat penting jika anda ingin memulai sebuah keluarga. Pemeriksaan ginekologi adalah bagian dari kehidupan dan tidak harus menyebabkan penderitaan," kata Dr. Venkat lebih lanjut.
Vaginismus adalah hasil dari kontraksi refleks involunter dari otot pubococcygeus yang mendukung vagina. Refleks ini menyebabkan otot-otot dan jaringan dalam vagina tegang secara tiba-tiba, yang membuat segala jenis penetrasi vagina, termasuk hubungan seksual sangat menyakitkan.
"Biasanya penyebab vaginismus adalah kombinasi dari pemicu fisik atau non-fisik yang menyebabkan tubuh mengantisipasi rasa sakit. Bereaksi terhadap antisipasi rasa sakit, tubuh secara otomatis mengencangkan otot vagina untuk melindungi diri dari bahaya. Seks menjadi tidak nyaman atau menyakitkan dan mungkin lebih sulit atau tidak mungkin tergantung pada tingkat keparahan kondisi," papar Dr. Venkat.
Pengobatan biasanya termasuk terapis seks atau terapis perilaku kognitif untuk menemukan pemicu di balik masalah ini.
"Menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengenal tubuh anda dan menjadi intim dengan diri sendiri adalah penting," pungkasnya. (fny/jpnn/app)

No comments:

Post a Comment