Tuesday 24 March 2015

Cerpen : BERHARAP KAU KEMBALI



Pagi yang cerah, hari ini hari pertama siswa-siswi mengikuti masa orentasi siswa yang diadakan di sebuah sekolah. Saat memasuki ruangan semua peserta MOS duduk dikursi mereka masing-masing. Aku yang datang bersama Rika, teman sewaktu duduk di bangku SMP langsung menuju kursi yang telah di sediakan. Saat itu adalah perkenalan anggota OSIS, satu per satu mereka memperkenalkan diri, semua peserta mendengarkan dan menyimak dengan baik.

Di tengah perkenalan, aku terpaku dengan seorang yang memiliki senyuman manis di wajahnya, membuat ku terkesima. Aku begitu mengaguminya, ingin sekali aku tahu tentangnya.
Saat aku tengah asik menyimak tiba-tiba Rika mengagetkan ku ..

Melihat arah pandangan ku
“eh, ngeliatin siapa sih ? serius banget” kata Rika
“hm, eh, enggak ko. Aku nyimak itu nah, nama-nama mereka. Nanti pas kita di suruh cari tahu nama mereka, kita enggak tahu lagi” kata ku sedikit kaget

“hmmm .. iya, aku tahu kok tapi enggak segitunya juga donk, dari tadi ku perhatikan hanya satu orang yang kamu liatin dari tadi itu pun dia belum perkanalan” kata Rika curiga

“ih, perasaan kamu aja mungkin, biasa aja tuh. Memang dari tadi aku nyimak ko” kata ku meyakinkan

“hmm, iya deh, perhatikan lagi gih, nanti aku tanya sama kamu ya ? “
“ih, kamu juga nyimak donk Rik ... “

“iya, iya. Dasar bawel “

“huh ..”

Kami masih menyimak perkanalan yang masih berlangsung, aku yang sedari tadi penasaran akhirnya bertanya pada Rika. Tentu saja itu membuat Rika kaget.

“eh, Rik. kamu perhatikan kakak yg itu deh“ kata ku sambil sedikit menunjuk

“hm, siapa sih ? yang mana ?” kata Rika penasaran

“itu nah yg pakai almamater “ kata ku sambil sedikit berbisik

“hmm, yang itu toh. Kenapa memangnya ?” kata Rika sedikit cuek

“manis eh, siapa namanya ya, Rik”

“mana lah aku tau. tunggu aja nanti pas dia memperkenalkan diri”

“hmm, iya deh”

Diam sejenak. Tiba giliran orang yang ku maksud, memperkenalkan diri. Aku yang sedari tadi memperhatikan dia langsung fokus menyimak perkenalannya.

“eh, Cha. itu giliran dia yang perkenalan”

“hm, mana-mana? Aku mau nyimak dengan baik”

“cie, cie, ada apa nih? Suka ya?”

“apa sih, Rik. Sudah lah”

“iya deh, iya. Simak sudah sana, nanti ketinggalan lagi, hehe”
 
Aku begitu memperhatikan perkenalannya mulai dari awal sampai akhir, aku catat semuanya di otak ku.
Aku suka sekali dengannya walau sikapnya dingin tapi setiap melihat senyumnya membuat ku selalu terbayang.

XXXXXX

Sandy Arianda, itu namanya. Dia murid kelas 3 IPA, kelas fovorite di sekolah. Ingin sekali aku tahu lebih jauh tentangnya, tapi sikapnya yang dingin selalu saja membuat ku tidak yakin. Pernah pada suatu ketika aku ingin bertanya, pada salah satu anggota OSIS karena yang lain terlihat sibuk dan hanya Sandy saja yang berdiam ditempat aku pun memberanikan diri bertanya padanya.

“Ka, besok jam berapa masuk ? soalnya saya belum ada jadwal “ kata ku gugup
“jam 7, harus ada di kelas” katanya cuek

“pagi sekali kak” kata ku sambil sedikit mengeluh

“memang begitu di jadwal”

“hmm, iya lah. Makasih kak”

Hanya mengangguk.

Semenjak saat itu, setiap ingin bertanya padanya aku ragu, lalu aku mengalihkan pertanyaan ku pada Siska Musliana. Dia adalah seorang kakak kelas yang ramah sekali pada kami, wajahnya yang cantik juga membuat kami menyenanginya. Setiap ada hal yang kami ragukan kami selalu bertanya dengannya.

XXXXXX

Seminggu berlalu aku dan teman-teman sekolah seperti biasa, tapi bayangan Sandy selalu saja hadir setiap kali aku memasuki sekolah. Sebelum masuk kelas dia orang yang pertama kali aku cari. Begitu pun saat istirahat aku tak henti memperhatikannya, sampai pada suatu saat Rika memergoki ku sedang memperhatikan Sandy.

“hayoo, perhatikan ka Sandy lagi ya ?” kata Rika sambil menepuk bahu ku

“eh, apa sih kamu ? gak ko, itu nah kantin ramai sekali” kata ku mengalihkan

“aduuuh bu, kantin itu d’bawah, tapi kamu ngelihatnya ke arah di atas sana, bukan kantin. Udah deh ngaku aja kenapa ? ketauan tahu “ kata Rika mengejek

“huh, kalau iya memangnya kenapa ?” kata ku kesal

“tuh kan bener. Enggak apa-apa sih. Cuma aku heran aja tiap hari kamu lihatin dia terus. Emang ada apa sih Cha ? kamu suka ya sama ka Sandy yaaa ?” kata Rika menggoda

“hmm. Sok tau deh kamu, aku liatin dia kan bukan berati aku suka sama dia Rik”

“hmmm, iya sih tapi pandangan kamu lain Cha, gak seperti memandang biasa”
Bel masuk kelas berbunyi

“uuuuhhhh, kepo banget sih kamu Rik. udah ah, sudah bel tuh, masuk yuk”

“yee, ku di bilang kepo, ayo lah sudah”

Aku dan Rika masuk kelas di selingi dengan canda
Bel tanda waktu istirahat berbunyi, semua murid-murid keluar dari kelas. Aku dan Rika dengan santai berjalan di koridor menuju kantin, tanpa sengaja aku melihat Sandy berjalan dengan Siska, mereka terlihat begitu mesra dengan di selingi canda tawa. Itu membuatku merasa kecewa.

“Cha, lihatin ka Sandy lagi ?” kata Rika mencoba memecahkan suasana

“hmm .. “ kata ku sambil menunduk

“ada apa ? kamu cemburu ya lihat ka Sandy dan ka Siska jalan berdua ?” kata Rika coba menebak

“iya Rik, jujur aku kecewa lihat mereka dekat. Mereka pacaran ya Rik ?” sambil menunduk

“hahaha ... ketauan deh kalau kamu suka m ka Sandy. Aduuuuhh Cha santai aja kali, mereka itu cuma berteman. Ka Siska dah punya pacar, jadi gak mungkin lah mereka pacaran” ungkap Rika girang

“hmm, kamu tau dari mana Rik ? ngawur aja kamu itu. Kalau mereka gak pacaran kenapa kelihatannya mereka dekat sekali”

“Yeee, jujur ya mulai dari awal aku itu tahu kamu suka banget m ka Sandy, jadi ya aku tanya-tanya lah sama ka Siska, mangkanya aku tau. Kalau dekat kan belum tentu pacaran Cha”

“ih, jahatnya kamu Rika. Tapi dekatnya mereka itu beda, Rik”

“Ih, beda gimana? Apa bedanya sama kita Cha ? mereka begitu juga. Cuma teman !”

“hmm, iya deh tapi tetap aja aku kecewa”

“santai aja Cha. ka Siska dah punya pacar juga kok, lagian ka Sandy itu jomblo”

“hah, serius kamu Rik?”

“iya lah, kapan sih aku bo’ong sama kamu, kecuali kepepet, hehe “

“huh. Dasar kamu ini”

“hahahahaha”

Kami berdua tertawa sambil menuju kantin. Saat memesan makanan aku bertemu dengan Siska dan Sandy, Siska yang melihat kami langsung menegur.

“ Eh, tumben nih ke kantin ?” kata Siska sambil tersenyum

“Eh, iya ka mumpung di traktir sama Rika nih “ sambil menyenggol Rika

“hmm, boleh dong kakak di teraktir juga ? hehe “ goda Siska

“boleh ko ka, kan Rika juga tuh yang bayarin “

“beh, iya gak apa-apa pesan aja semuanya ka. Nanti saya biarkan, hehe” sambung Rika

“yah, kalau gitu gak jadi deh, kakak bayar sendiri aja “

“hahaha, kakak ngambek”

“ih, kk gak ngambek ko de, hehe”

Kantin begitu rame dengan suara tertawa kami yang memecah kan ruang kantin. Aku yang sedari tadi memperhatikan Sandy, tak begitu memperhatikan Siska dan Rika berbicara. Saat Siska dan Sandy hendak keluar kantin, Sandy tersenyum kepada ku hal itu sontak membuat ku semakin deg-degan dan aku membalas senyumnya dangan ramah. Tak seperti biasanya Sandy tersenyum seperti itu kepada ku, biasanya dia cuek setiap kali aku senyum kepadanya.

XXXXXXX

Sepulang sekolah, tiba-tiba ponselku berdering. Sederetan nomor tidak ku kenal mengirimkan sebuah pesan, karena penasaran cepat-cepat ku buka. Ternyata itu nomor ponsel Sandy, aku kaget dan tidak menyangka dia menghubungi ku.

“Maaf, ini Echa ya ? by. Sandy”

“Iya kak betul. Ada apa ya kak”

“syukur lah, kirain kakak salah sambung”

“enggak kok kak, ada apa yah kak?”

“enggak apa-apa kok de, kakak mau ngobrol sama ade aja. Boleh enggak?”

“enggak apa-apa kok kak, santai aja”

Kami pun saling berkenalan, saat itu hati ku senang sekali karena bisa mengenal Sandy lebih jauh. Hampir setiap hari Sandy mengirim pesan kepada ku , di sekolah pun Sandy sering menegur ku atau sekedar memberi senyuman. Aku tak menyangka, Sandy yang mempunyai sikap dingin ternyata ramah juga. Meski aku dan Sandy hanya akrab melalui hp, itu sudah membuat ku sangat senang. Sampai aku senyum-senyum sendiri jika mengingat hal itu, itu membuat Rika heran dan ingin tau apa yang membuat ku begitu gembira.

“Cha, kamu kenapa sih ? senyum-senyum sendiri” ujar Rika mulai kepo

“eh, buat orang kaget aja ini nah” ujar ku kaget

“habisnya kamu sih ngelamun terus senyum-senyum sendiri lagi”

“iya, tapi gak pake ngagetin juga kali”

“iya deh maaf, ada apa sih ?

“enggak, aku lagi senang aja”

“iya lah, aku tau kamu lagi senang, gak mungkin kan kamu galau trus senyum-senyum ? itu lebih parah dari orang gila tau, haha”

“jadi, menurut mu aku gila gitu ?”

“ya gak, kn gak mungkin aja Cha. Ada apa sih kamu ? cerita donk “

“huh, dasar kepo. Aku senang Rika, aku smsan sama ka Sandy ?”

“hah ! oh my to the God, oh my God ! serius kamu Cha ?”

“iya Rik. Ih, dia itu orangnya seru juga, baik lagi. Beda banget kalau di sekolah”

“ciiiieeeeee .. jadi, senang sudah ini bisa smsan sama ka Sandy ?”

“iya lah, pake banget lagi, hehe”

“Berarti ada traktiran donk ini ?”

“huh ! baru juga begitu langsung minta traktiran”

“hmm, kalau gitu pas kamu pacaran aja sama dia baru traktir aku ya ?”

“hm, gak ah, enggak mau. Lagian mana lah aku pacaran sama dia”

“aiiissss, ayo lah. Gak ada yang gak mungkin Cha”

“tapi ini mungkin Rik “

“ah, terlalu pesimis kamu Cha”

“hm, iya deh “

“jadi, aku di traktir nih ?”

“iya, nanti aku traktir”

“horeeeee .. gitu dong Cha, hehe”

Kami pun langsung menuju kantin sambil bercerita.

XXXXXX

Sebulan berlalu, entah mengapa jantung ku selalu saja berdegup setiap kali Sandy menelpon atau sekedar mengirimkan aku pesan. Begitupun saat dia menegurku, aku dibuat salah tingkah olehnya. Apa aku mulai suka sama dia ?
Ah.. mungkin perasaan aku saja.
Aku selalu merasa gugup jika ngobrol bersama Sandy meski telah di temani dengan Rika. Sandy pun terlihat seperti itu jika berbicara dengan ku salalu salah tingkah dan terkadang membuatku tertawa jika melihatnya.

“kakak kenapa gelisah dari tadi ?” kata ku membuka percakapan

“gak apa-apa ko de “ katanya gugup

“yakin kah ka ? atau ada yang ketinggalan ?”

“gak ada ko de, cuma gak enk aja sama ade”

“lho, gk enak knp ? kan ada Rika juga di sini”

“iya ka, santai aja lah” sambung Rika

“iya kakak tau. Ade gak ada kesibukan kah?

“ih, kk ini aneh bah. Kalau aku ada kesibukkan gak mungkin sekarang ini kita ngobrol”

Menggaruk kepala

“hmm, iya lah de, hehe”

“hehehe .. kk ini aneh bah”

“gugup kali dia Cha” sambung Rika kembali

“hmm, Rika ini sembarangan aja”

“ih, memang betul ko. Akui aja lah ka, haha”

“Iya, omongannya Rika ada betulnya juga. Emang kakak gugup kah?”

“gak ko de, biasa aja ini, hehe”

“hmm, iya deh ka”

Kami pun mengobrol sambil di selingi dengan canda tawa, siang itu terlihat indah bagi ku karena bisa akrab dengan Sandy walau sedikit gugup.

XXXXXX

Malam harinya, aku yang tengah asik membaca buku, dikejutkan oleh suara dering ponselku. Sandy mengirimkan sebuah pesan yang membuat ku tak percaya. Pesan yang begitu singkat tapi membuat ku sangat tersanjung.

“Echa, aku suka sama kamu. Sejak pertama kali aku ketemu kamu dan memulai akrab dengan mu. Kamu mau enggak jadi pacar ku”

Deg... jantung ku berdegub tak menentu, apa aku bermimpi ? Sandy suka sama aku. Karena masih tak percaya dengan pesan yang dia kirimkan, aku membalas pesannya, mungkin saja dia hanya bercanda.

“Ah, kakak bercanda, hehe. Enggak lucu kak”

“enggak de, aku serius dengan kata-kata ku tadi”

“hmm, aku enggak percaya, pasti kakak ngerjain saya. Ya kan?”

“enggak Cha, aku serius suka sama kamu. Kamu mau enggak jadi pacar ku ?”

Aku yang masih belum yakin dengan ucapan Sandy, terus menanyakan keseriusannya. Tetapi Sandy terus meyakinkan aku jika dia benar serius dengan ucapannya. Aku yang juga memiliki perasaan yang sama dengannya, merespon hal itu. Pada saat itu lah aku dan Sandy berpacaran.
Saat itu aku langsung menghubungi Rika, memberi tau hal yang buat ku bahagia, sebagai seorang teman aku tidak pernah menyembunyikan kebahagiaan atau kesedihan ku.

“Halo, Rika“

“iya ada apa Cha? Tumben nelpon. Ada masalah kah ?”

“gak Rik, aku lagi senang banget ini.”

“senang kenapa Cha ? cerita donk “

“aku pacarn sama ka Sandy “

“serius kh Cha?”

“iya Rik, serius aku”

“kan apa ku bilang, pasti kamu pacaran m ka sandy, secara ka Sandy kan juga suka m kamu”

“hah ! kamu sota deh Rik, kamu tau dari mana ?“

“ih, beneran, ka Sandy sendiri ko yang bilang sama aku dan ka Siska. Kami kan sering curhat tanpa kamu tau”

“ih, ko kamu gak kasih tau aku?”

“namanya juga rahasia, masa harus di kasih tau sih”

“hmm, kan Rika jahat lagi sama aku”

“maaf Cha, lagian nda mungkin aku kasih tau kamu. Ya, kan suprice, hehe. Selamat ya Cha”

“hmm, Rika ko gitu. Terima kasih ya Rik”

“ok, sama-sama Cha. selamat ya

Setelah aku dan Rika mengakhiri percakapan, aku kembali membalas pesan Sandy. Malam itu aku tidak bisa tidur karena selalu dibayangi oleh Sandy, tidak henti-hentinya aku membaca berulang-ulang pasan yang dia kirimkan mulai dari awal kami berkenalan sampai pesan yang ada saat ini.

XXXXXX

Hari demi hari kami lalui bersama, rona bahagia selalu terlihat setiap harinya. Teman-teman yang mengetahui hubungan kami berdua begitu mendukung hubungan kami, terutama Rika dia begitu bahagia melihat kami bersama. Setiap hari aku yang biasanya berangkat dan pulang sekolah bersama Rika, kini aku dan Sandy berangkat dan pulang sekolah bersama. Sandy juga selalu ada saat aku membutuhkannya. Aku begitu menyayanginya. Aku tak ingin kehilangannya. Aku selalu berharap Sandy merasakan hal yang sama dengan ku. Berbulan-bulan kami jalani berdua, aku selalu berharap Sandy adalah orang yang terbaik untuk ku.
Mendekati satu tahun hubungan kami, aku dan Sandy sering sekali bertengkar. Hal sepele sering sekali kami ribut kan, karena masalah keegoisan dari kami yang selalu memicu pertengkaran. Sesekali salah satu dari kami mengalah agar tak berlanjut tapi hal itu terus saja muncul dan keributan di antara kami sering kali terjadi. Jika kami bertengkar, aku sering sekali menangis, itu membuat Rika heran jika melihat mata ku lebam.

“Cha, kenapa km ? habis nangis ya “ tanya Rika heran

Sambil menunduk

“nda ko Rik, cuma baru bangun aja” kata ku tersendu

“jangan bohong Cha, gak pernah kamu begini. Apa lagi baru bangun tidur, ada apa Cha ? cerita aja sama aku, kamu gk pernah nyembunyikan apa-apa dari aku kenapa sekarang kamu begini” sambung Rika

Memeluk Rika

“aku tengkar lagi dengan Sandy, Rik” ungkap ku sambil menangis

“hah ! knp kalian bertengkar ? apa masalahnya ?”

Terisak-isak

“aku gak tau Rik, kmaren aku kan sibuk. Jadi gk sempat hub dia, terus dia marah-marah sama aku, aku sudah jelas kan semuanya sama dia tpi dia bilang aku bohong Rik. Aku gak tahu bagaimna yakin kan dia. Semalam aku coba hubungi dia tapi no hp nya enggak aktif“

Saat aku bercerita dengan Rika, tiba-tiba ka Siska datang dengan wajah heran

“Assalamualaikum .. lho, knp Cha ?” tanya Siska heran

“Walaikum’salam, biasa ka. Tengkar lagi dengan ka Sandy” jawab Rika

“nah, itu juga yang mau kk tanya kan dengan kalian. Masalahnya Sandy dari tadi wajahnya bete terus dan tumben enggak berangkat sama Echa. Mangkanya kakak ke sini mau tanya ada apa” kata Siska heran

Rika pun menceritakan apa yang aku ungkapkan tadi dan Siska pun memahaminya. Siska akan mencoba membantu menjelaskan dengan Sandy apa yang terjadi sebenarnya agar tak ada permasalahan lagi di antara kami, kemudian Siska coba menenangkan aku yang masih terisak-isak. Bel tanda masuk kelas berbunyi Siska kembali menuju kelasnya sedangkan aku dan Rika mengatur posisi duduk dan siap menerima pelajaran pada hari itu.

Bel istirahat, aku yang masih larut dalam kesedihan, tak ingin keluar kelas walau Rika telah membujuk ku. Aku tetap diam di kursi sambil membaca buku dengan di temani Rika. Tiba-tiba Sandy datang bersama Siska, untuk menemui ku. Sandy yang berjalan di depan langsung duduk disamping ku, sontak aku kaget dan langsung menunduk.

“De, kk minta maaf ya. Kk egois gak ngerti’in ade” katanya membuka percakapan

Masih diam dan menunduk

“De, jangan nangis lagi. Kk minta maaf, kakak janji akan ngerti’in ade ko dan gak marah-marah lagi, sudah ya “ tambahnya

“hmm, iya ka. Ade dah maafin ko. Tapi jangan gitu lgi ya ka, ade itu gak pernah bohong sama kakak” ujar ku sambil menangis

“iya de, kakak percaya ko sama ade, udah jangan nangis lagi, nanti hilang cantiknya, hehe. Senyum dong” katanya coba meyakin kan aku

Tersenyum sambil memandang Sandy

“Iya ka, mksih ya kakak sayang”

Memeluk dan mengusap kepala ku

“iya ade sayang“

Rika dan Siska ikut senang melihat kami berdamai kembali sambil tersenyum mereka berkata.

“Ciiiiiiiiiiiieeeeeeeeeeeeeeeeeee .... gitu dong, hahahaha “

Kami berdua tersenyum dan kemudian melangkah menuju kantin bersama-sama.

XXXXXX

Hampir genap setahun hubungan kami, Sandy tiba-tiba saja mengakhiri hubungan kami, tanpa sebab yang pasti. Aku tak menyangka semua ini akan berakhir secepat itu. Sejak aku dan Sandy baikkan, kami tak pernah bertengkar lagi, tapi entah mengapa dia tiba-tiba mengahiri hubungan kami begitu saja. Aku kira hubungan kami akan bertahan lama, ternyata jauh dari dugaan ku selama ini. Setiap hari aku terus menghubunginya dan menanyakan pada Siska tentang keputusannya itu, aku ingin mengetahui alasan dia memutuskan hubungan kami tapi semuanya sia-sia, Sandy benar-benar menjauh. Semanjak saat itu aku jadi murung dan jarang sekali keluar kelas kecuali saat berangkat atau pulang sekolah saja. Rika yang setiap hari melihat ku seperti itu mencoba menghibur ku, sesekali aku terhibur dengan candaan atau curhatan Rika tapi setelah itu aku kembali murung.

“Sudah Cha, jangan murung terus. Dia pasti bakal kembali ko sama kamu”

Menunduk

“Gak mungkin Rik, dia sudah gak pernah hubungi aku bagaimana mau kembali”

“yakin lah Cha, pasti dia bakal kembali ko. Jangan nangis ya Cha”

“semoga Rik, semoga dia bisa kembali lagi sama aku dan kami bisa seperti dulu lagi”

“Iya Cha, udah ya. Jangan sedih lagi, senyum “

Tersenyum dan menatap Rika yang juga tersenyum lalu memeluk Rika

“makasih ya Rik”

“iya, sama-sama Cha”

Sejak saat itu aku hanya bisa berharap dan terus berharap ada keajaiban yang akan menyatukan kami kembali untuk bersama lagi.

Oleh : Elsa Aprilyanti Putri

No comments:

Post a Comment