DEMI
kecepatan waktu memasak, bumbu instan sering menjadi pilihan untuk membuat
hidangan lezat. Tapi, sudah bukan rahasia lagi bahwa sesuatu yang instan
membawa ’’ganjaran”.
Di pasaran,
para produsen bumbu masak instan sering mengklaim bahwa produknya berasal dari
bahan segar. Namun, dalam suatu kemasan bumbu instan, terdapat bahan-bahan lain
yang mempercantik dan mengawetkan bumbu. Ya, bumbu instan mengandung zat
pewarna, penyedap rasa, dan pengawet.
Made Krisna
Dewi SGz, staf pengajar Akademi Gizi Surabaya, menjelaskan karakter bahan-bahan
tambahan tersebut. Warna bumbu instan atau makanan yang dimasak dengan bumbu
instan cenderung lebih cerah. Anda harus mulai waspada karena bisa jadi bahan
pewarna yang digunakan tidak baik untuk kesehatan.
Selain
warna, keawetan dan rasa bumbu instan perlu diwaspadai. Agar tahan lama, para
produsen kerap menambahkan zat pengawet dalam bumbu instan. Biasanya pengawet
yang digunakan pun berupa bahan kimia.
Sebagaimana
yang sudah diketahui, pengawet dari bahan kimia merupakan musuh utama
kesehatan. Bumbu instan juga memiliki rasa yang lebih kuat daripada versi
aslinya. Hal itu disebabkan kandungan zat penyedap rasa yang ditambahkan pada
bumbu.
Setelah
mengetahui berbagai BTM (bahan tambahan makanan) pada bumbu instan, mari kita
pikirkan dampaknya. Bayangkan bahan pengawet, pewarna, dan perasa yang bersifat
kimiawi menumpuk di tubuh Anda dan mengendap. Pengendapan bahan kimia dalam
tubuh akan memicu gejala penuaan dini, gangguan saraf, hipertensi, gangguan hati
dan ginjal, hingga stroke.
Bahan
tambahan pada bumbu instan juga berjibun. Misalnya, MSG (monosodium glutamat).
Zat yang sudah sangat populer itu berfungsi sebagai penyedap rasa, baik pada
bumbu instan basah (pasta) maupun kering. MSG, yang berasal dari protein, bisa
berdampak pada sistem saraf. Selain MSG, ada kandungan zat pewarna kimiawi yang
bisa mengakibatkan kanker.
Kandungan
yang juga memberi dampak negatif adalah natrium. Misalnya, natrium benzoat.
Umumnya, natrium benzoat digunakan sebagai pengawet. Selain itu, ada natrium
klorida (garam) yang pasti terkandung dalam suatu bumbu instan. Penumpukan
kadar natrium dalam tubuh menjadi cikal bakal hipertensi dan stroke.
Penggunaan
bumbu masak instan yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan kulit.
Dalam beberapa bumbu dapur, terdapat berbagai vitamin yang baik untuk kulit,
yakni vitamin A, C, dan E. Vitamin-vitamin itu akan berkurang atau bahkan
hilang pada bumbu dapur instan.
Bila tetap
ingin menggunakan bumbu instan, Made memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan.
’’Yang jelas, sebagai pembeli, kita harus jeli. Cari informasi mengenai
kandungan-kandungan zat kimia yang berbahaya,’’ ujar Made. Untuk lebih amannya,
gunakan saja produk-produk yang sudah Anda kenal dan terdaftar di BPOM.
Penggunaan
bumbu juga harus sesuai dengan porsi yang tertera, tidak boleh kurang.
Misalnya, 1 sachet bumbu digunakan untuk 1 kilogram daging. Maka, ketika
memasak, Anda harus mematuhi aturan tersebut.
Kalau 1
sachet digunakan untuk setengah porsi daging, bisa disimpulkan Anda terlalu
banyak menelan zat kimia dalam bumbu dapur. Alternatif lain, tambahkan air jika
Anda menggunakan bumbu instan saat memasak. Air berguna untuk melarutkan atau
menetralkan zat-zat kimia.
Yang tak
kalah penting adalah penyimpanan dan penggunaan bumbu instan. Saat tidak
digunakan, simpan bumbu di tempat yang vakum atau kedap udara. Ini berlaku
untuk bumbu berbentuk pasta.
Selain itu,
jangan menyimpan bumbu berbentuk pasta dalam jangka waktu yang lama. Kandungan
udara dan air dalam jangka panjang akan membuat bumbu menjadi lembap dan
berjamur. (len/c7/c17/dos/jpnn/mel)
No comments:
Post a Comment