SELAIN perdarahan dan
infeksi, salah satu penyebab meningkatnya kematian pada ibu hamil (bumil) yakni
terjadinya preeklampsia. Gangguan kehamilan ini, ditandai dengan timbulnya
hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg.
Umumnya,
muncul di kehamilan pada periode 20 minggu atau triwulan ke dua dan ke tiga.
Tandanya, disertai dengan kaki membengkak (edema tungkai bawah ). Juga
ditemukan protein urine yang positif (kelebihan protein) yang diketahui dengan
tes laboratorium.
Itu
sebabnya, jangan sepelekan hipertensi saat hamil. Karena, saat ini preeklampsia
merupakan salah satu gangguan kesehatan kehamilan yang kerap merenggut nyawa
ibu hamil. Perlu edukasi dan penanganan sedini mungkin untuk mencegahnya.
Menurut
dr Tedy TS Sp OG, Rumah Sakit Siloam Hospitals, Balikpapan, preeklampsia bisa
mengakibatkan kejang. Kejang yang terjadi secara berulang sangat berisiko
menyerang bagian otak dan mengakibatkan stroke.
“Selain
kejang, preeklampsia berujung sesak napas. Sebab, dinding pembuluh darah bocor
sehingga darah bisa merembes ke organ tubuh yang lain. Banyak pasien yang tidak
sadar risiko preeklampsia terhadap kehamilan. Mereka beranggapan, tekanan darah
tinggi adalah hal yang lumrah terjadi,” katanya.
Padahal,
jelas dokter berkaca mata, justru preeklampsia itulah salah satu penyebab
kematian terbesar pada ibu hamil.
Menurut
Tedy, kematian ibu hamil akibat preeklampsia berat terjadi karena komplikasi
perdarahan otak, edema paru, kegagalan organ yang multipel ( gagal napas,
ginjal, dan hati ).
“Adanya
penyakit ini lantaran kegagalan atau abnormalitas dalam proses pembentukan
pembuluh darah plasenta (ari-ari atau tembuni). Keadaan tersebut membuat
aliran darah ibu ke plasenta dan janin tidak optimal. Akibatnya tumbuh kembang
plasenta dan janin sejak awal kehamilan selalu dalam kondisi yang kekurangan
nutrisi dan oksigen (hipoksia),” terangnya kepada Kaltim Post (JPNN Group),
belum lama ini.
Penyebab
abnormalitas pembentukan plasenta dikatakan dr Tedy, hingga saat ini belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Namun di duga terdapat faktor-faktor yang
dasar seperti faktor genetik, metabolik, imunologis, dan kekurangan nutrisi.
“Faktor
lain yang meningkatkan risiko bumil mengalami preeklampsia yaitu usia hamil
terlalu tua atau muda, multiparitas, anak pertama, atau jarak kehamilan terlalu
jauh,” jelas Tedy.
Selain
itu, lanjutnya, mereka yang hamil kembar atau hamil kelebihan berat badan juga
tinggi resiko mengalami preeklampsia. Begitu juga dengan perempuan yang
memiliki masalah medis sebelum hamil seperti diabetes, hipertensi kronis,
penyakit ginjal, dan riwayat pernah preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Penanganan
bumil preeklampsia dokter harus mempertimbangkan keselamatan ibu dan janin.
Namun, pada beberapa kasus tertentu, dokter melakukan persalinan dini untuk
menyelamatkan si ibu. Itu dilakukan terutama pada kehamilan di bawah usia
enam bulan. Sebab, salah satu solusi mengatasi preeklampsia adalah persalinan.
“Jika si ibu sudah melahirkan, preeklampsia hilang,” kata Tedy. (*/en/her/k9/jpnn/app)
No comments:
Post a Comment